Kamis, 28 Juni 2012

Osaka - Kota Bisnis yang Penuh Kehidupan dan Tawa

Kita akan menuju ke Osaka, kota utama di Jepang Barat, atas permintaan Raqib Sabry dari Maroko.
Penyiar Siaran Bahasa Arab : Hakima Inoue

Puri Osaka: Simbol Kota

Hakima: “Saya bisa melihat puri Osaka. Indah sekali, sulit diungkapkan dengan kata-kata. Genting-genting bergaya tradisional Jepang berwarna hijau dengan ornamen hiasan berwarna emas di bagian menaranya tetap dipertahankan. Secara keseluruhan terlihat satu keselarasan yang indah. Saya penasaran, keahlian seperti apa yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan seindah ini.”





Pembangunan Puri Osaka dimulai oleh Toyotomi Hideyoshi di tahun 1583. Puri yang ada sekarang, adalah hasil pembangunan kembali yang dilakukan tahun 1931, tapi bagian luarnya tetap dibuat persis seperti puri aslinya. Konon, di Jepang pernah ada sekitar 300 puri yang terletak di puncak gunung, tetapi Puri Osaka adalah salah satu puri terbesar dan paling indah. Bahkan di sana juga terdapat ruangan jamuan teh yang serba emas.



Hideyoshi mereklamasi dua kilometer wilayah laut di bagian barat puri dan membangun kotanya sendiri di sana. Barang-barang dari seluruh Jepang Barat kemudian masuk ke Osaka karena letaknya yang berdekatan dengan laut. Hideyoshi membangun Osaka dengan dua fungsi yaitu sebagai pusat perdagangan dan pusat pemerintahan.


Semba, Kota Tekstil yang Menambah Semarak Osaka

Daerah Semba yang berada 1,5 kilometer sebelah barat Puri Osaka dibangun di atas tanah reklamasi dan berkembang menjadi pusat tekstil. Yang dimaksud kawasan tekstil nomor satu Jepang dalam pertanyaan Raqib, pendengar asal Maroko, adalah wilayah ini.
“Dimana-mana terlihat kain-kain dan pakaian. Barang-barang yang tidak dipasangi harga adalah untuk para pedagang; dan yang dipasangi harga dapat dibeli oleh siapapun. Harganya lebih murah dibandingkan di Tokyo. Ini tentunya surga buat para wanita yang suka belanja.”


Takashi Onishi adalah pemimpin perusahaan dagang pakaian jadi yang lebih dari 80 tahun ada di Semba. "Pada tahun 1945, setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia Kedua, bisnis tekstil menjadi sumber pemulihan. Di waktu muda, saya mengurusi ekspor bahkan menjual syal hingga ke Afrika. Hampir semua pengusaha Jepang yang ditempatkan di luar negeri di tahun 50-an dan 60-an berasal dari Osaka dan bicara dalam dialek Osaka."

Kawasan Perbelanjaan yang Hangat dan Penuh Tawa

Di Osaka terdapat jalanan pertokoan terpanjang di Jepang. Ini adalah jalan Tenjinbashi-suji. Di sini terdapat hampir 600 toko yang berderet di satu jalan sepanjang 2,6 kilometer yang membentang dari utara ke selatan. Saat mengunjungi jalanan pertokoan itu, Hakima terutama terkesan melihat bagaimana para pemilik toko tidak henti-hentinya berbicara.
Toshiki Doi, ketua asosiasi pertokoan setempat menjelaskan filosofi para pemilik toko Osaka:
“Kami mulai dengan obrolan biasa lalu beralih ke soal barang-barang dagangan. Kami berbisnis dengan membangun rasa saling empati dan percaya, sehingga pelanggan mau membeli barang-barang kami. Rasanya kemampuan memilih kata-kata dalam membangun hubungan antarmanusia yang baik adalah ciri pedagang sejati.”

Ada sebuah tempat pertunjukan komedi kecil di jalanan kawasan pertokoan Tenjinbashi-suji. Di kawasan perniagaan kota Osaka yang sibuk ini dulunya juga terdapat gedung-gedung pertunjukan kecil untuk teater, musik, komedi dan hiburan lainnya, termasuk gedung-gedung yang dekat dengan jalan ini. Tetapi setelah Perang Dunia Kedua, tempat itu satu per satu ditutup. Kawasan pertokoan itu lalu mengadakan kampanye untuk menghidupkan kembali gedung Rakugo ini, yang disebut Hanjoo-tei. Tempat itu dibuka pada tahun 2006 dengan dana dari sumbangan-sumbangan.
Hakima:
“Seiring dibangunnya puri disana, Osaka berubah menjadi kota yang bergairah, sarat dengan kemurahan hati, keramahan, hubungan antarmanusia dan canda.

 

read more “Osaka - Kota Bisnis yang Penuh Kehidupan dan Tawa”